Sabtu, 15 Juni 2013

Makalah, si penjaga palang pintu kereta api (manual)

Makalah
KELompok 1
sikap DAN prilaku SOSIAL



CHARACTER BUILDING
Anggota :
NAMA
NIM
UNDANG RAHADIAN
12122530
CUCUN SUKAESIH
12122394
SITI KURAESIN
12122638
SEPTI NURHIDAYAH
12122729
AGUNG NAHDIANSYAH
12122283
SUGIYARTI
12124098
NITA OKTAVIA WULANDARI
12122692
FERDINAN SIMAMORA
12122455
AANG SAEPULOH
12122585
JAMAL MUSLIM
12122817


                            

MANAJEMEN INFORMATIKA




KATA PENGANTAR

          Tiada kata yang pantas kami ucapkan terkecuali syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya kepada kami dalam menyusun dan menyelesaikan makalah ini.
            Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi persyaratan Mata Kuliah Character Building. Selain itu,  isi makalah dapat dijadikan pembelajaran dan pedoman dalam kehidupan kita sehari-hari. Tema dari makalah ini kami mengambil tentang SIKAP dan PRILAKU SOSIAL. Objek yang kami pilih untuk di wawancara adalah “PENJAGA PERLINTASAN KERETA API TANPA PALANG PINTU “.
            Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada pihak yang terlibat dalam pembuatan makalah. Terutama kepada Bapak Faizal Roni, MH yang telah memberi motivasi dan pengarahan dalam penyusunan makalah ini. Tak lupa pula orang tua kami dan teman-teman yang telah memberikan support beserta do’anya sampai makalah ini terselesaikan.
            Kami sangat menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari kata sempurna terutama mengenai masalah dalam penyampaian bahasa dan struktur isi makalah ini. Untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan dari pembaca. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin
Karawang, April 2013
Penyusun


DAFTAR ISI

Halaman Judul……...........……………………………………………………..          i
Kata Pengantar……………............…………………………………………….         ii
Daftar Isi…………………………............……………………………………..         iii
Bab I Pendahuluan
            I.1. Latar Belakang    ……………………………………………        1
            I.2. Tujuan    …………………………………………………….         1
            I.3. Metode Penulisan    ………………………………………....        1
            I.4. Sistematika Penulisan ……………………………………….        1

Bab II Pembahasan
            II.1. Asal Muasal ………………….......................………………………        2
            II.2. Pengertian  …………………………………......................………..         3
            II.3. Biografi ……………………………………......................................        4
            II.4. Wawancara Dengan ……………………….......................................        5
            II.5. Peranan Dalam Lingkungan dan Interaksi Sosial …..........................        6
            II.6. Pro dan Kontra ……………………………….............……………..        7
Bab III Penutup
            III.1. Kesimpulan ………………………………………….............……..        7
            III.2. Saran …………………………………………………….............…        8
Daftar Pustaka ………………………………………………….............………..        9
Lampiran ………………………………………………………………..............       10
            Galeri Foto ……………………………………………………................       11


BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang
                        Palang pintu kereta api merupakan hal kecil yang sangat jarang diperhatikan oleh orang-orang sekitar padahal palang pintu kereta api sangat bermanfaat untuk menjaga keselamatan pengguna kendaraan. Dan keberadaan palang pintu ini sebagai sarana umum tergolong dalam kategori tradisional karna masih menggunakan alat yang sangat sederhana, karena sumber tenaga dari ini mengandalkan tenaga manusia berupa tarikan pada tali agar palangnya tertarik kebawah.

            Selain itu palang pintu ini juga terkategorikan dalam jenis tradisional dikarenakan penggunaan dari material-material lokal yang sederhana dalam pembuatannya hanya menggunakan tali dan bambu sebagai penghalang jalannya

            Keuntungan palang pintu kereta api ini disebabkan karena lingkup pelayanannya yang tidak terbatas semua orang dapat menikmati sarana sosial tersebut, namun justru sebagian masyarakat cendrung meremehkan hal itu padahal jika dipikirkan dengan serius palang pintu tersebuat dapat menyelamatkan nyawa kita, coba bayangkan jika tidak ada palang pintu bagaimana caranya agar kita tahu bahwa jalan yang kita tuju akan ada kereta lewat bisa jadi nyawa kita yang melayang, namun keterbatasan pada sarana sosial tersebut sangat memprihatinkan dan kurangnya perhatian dari lingkungan sekitar maupun pemerintah.

I.2. Tujuan
            Dalam penulisan makalah ini, kami selaku penulis berniat untuk menambah  pengetahuan serta memberi semangat hidup dan alangkah baiknya bila kita tidak menyepelekan hal sekecil apapun di lingkungan sekitar. Seperti para penjaga palang pintu yang kami wawancarai dalam menjalani pekerjaan dengan hanya bermodal alat yang sederhana dan menggunakan kejeliaan mata dalam melihat rambu ataupun lampu kereta hidup apa adanya, serba kekurangan namun tetap mempunyai semangat untuk terus berjuang menghidupi anak dan istrinya dengan pekerjaan yang halal.

I.3. Metode Penulisan
            Setelah kami menentukan tema Sikap dan prilaku Sosial, kami mencari nara sumber yang akan kami wawancara dan observasi langsung ke lapangan untuk memeperoleh data serta referensi dari internet untuk melengkapi data.

I.4. Sistematika Penulisan
            Dalam penyusunan makalah ini kami menguraikan sistematika penulisan  yang sesuai dengan persyaratan penyusunan makalah yang baik sehingga akan terlihat rapi dan teratur. Adapun sistematika tersebut sesuai dengan judul serta terbagi dalam berbagai bab perincian.


BAB II
PEMBAHASAN
II. 1. PENGERTIAN
            Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Palang jalan kereta api (Palang Pintu Lintasan Kereta Api) adalah penutup (jalan raya) yg dilintasi kereta api. Sedangkan Penjaga Palang Jalan Kerta Api adalah Orang yang bertugas untuk mengatur (membuka dan menutup) Jalur jalan raya yang dilintasi kereta api.
            Sedangkan menurut UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA Nomor 23 Tahun  2007 Tentang Perkeretaapian Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 point 1,2,3 dan point 11 yaitu
1.      Perkeretaapian adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas prasarana, sarana, dan sumber daya manusia, serta norma, kriteria, persyaratan, dan prosedur untuk  penyelenggaraan transportasi kereta api.
2.      Kereta api adalah sarana perkeretaapian dengan tenaga gerak, baik berjalan sendiri maupun dirangkaikan dengan sarana perkeretaapian lainnya, yang akan ataupun sedang bergerak di jalan rel yang terkait dengan perjalanan kereta api.
3.      Prasarana perkeretaapian adalahjalur kereta api, stasiun kereta api, dan fasilitas operasi kereta api agar kereta api dapat dioperasikan.
4.      Fasilitas penunjang kereta api adalahsegala sesuatu yang melengkapi penyelenggaraan angkutan kereta api  yang dapat memberikan kemudahan, kenyamanan, dan keselamatan bagi pengguna jasa kereta api (point 11)
II. 2. PERAN PENJAGA PALANG REL KERETA API
Menjadi penjaga pintu palang rel kereta api, mungkin tidak ada dalam benak kita. Mungkin kita akan berpikir jika profesi tersebut bukan termasuk profesi yang luar biasa, Pemikiran tersebut sempat kami pikirkan juga, namun semua sirna ketika kami melakukan observasi dan Tanya jawab langsung kepada nara sumber di daerah Jalan Surotokunto, warungbambu, Karawang.
Tujuan penjaga palang pintu rel kereta api adalah membantu mengatur lalu lintas pada perlintasan rel kereta api dan memudahkan para pelintas yang melewati perlintasan rel kereta api, karena pelintas tahu bahwa ada kereta yang akan melintas atau tidak.dengan begitu dapat mengurangi frekuensi kecelakaan pada perlintasan kereta.
II. 3. SEJARAH KERETA API, REL KERETA API DAN PRASARANA
3.1. Asal Usul Kerta Api dan Prasarana
Kereta api ditemukan oleh seorang ilmuwan Inggris yang bernama Murdocks. Pada mulanya kereta api dikenal sebagai kereta kuda yang hanya terdiri dari satu rangkaian kereta. Kemudian dibuatlah kereta kuda yang menarik lebih dari satu rangkaian serta berjalan di jalur tertentu yang terbuat dari besi dan dinamakan dengan trem. Kereta ini digunakan khususnya di daerah-daerah pertambangan.

 Awal mula terciptanya jalan rel bisa dikatakan bermula di Inggris pada tahun 1630, yaitu dengan adanya pengangkutan batu bara. Hasil penambangan batu bara semula diangkut dengan kereta yang ditarik kuda. Pada tahun 1804, Richard Trevithick membuat mesin lokomotif yang dirangkaikan dengan kereta. Kemudian George Stephenson menyempurnakan lokomotif tersebut untuk mendapatkan lokomotif uap yang lebih efektif, berdaya besar, dan mampu menarik kereta lebih banyak. Akhirnya di tahun 1815, lokomotif uap temuan George Stephenson berjalan diatas jalur anta r rel selebar 1,42m. Kemudian dia menambahkan 1,3 cm pada lebar jalur. Lebar inilah yang menjadi ukuran rel standar saat ini.
Di tahun 1888, Frank J. Sprague menyelesaikan jalur kereta api listrik yang pertama dengan panjang 19 km di Richmond, Virginia. Tetapi, lokomotif listriknya sendiri baru diperkenalkan pada tahun 1895. Kemudian Rudolf Diesel memunculkan kereta api bermesin diesel yang lebih bertenaga dan lebih efisien dibandingkan dengan lokomotif uap. Pada 1925 kereta bermesin diesel yang pertama berjalan.
Pada awal abad ke 19 kereta di atas rel mulai ditarik oleh kendaraan yang dijalankan dengan mesin (lokomotif) uap. Perkembangan sarana dan prasarana kereta api terus berjalan dari tahun ke tahun, misalnya kereta api super cepat, kereta api monorail (dengan satu rel), kereta api levitasi magnetik (maglev), kereta api pengangkut berat. Begitu pula perkembangan dalam teknologi penggeraknya, misalnya lokomotif diesel, diesel-listrik dan penggerak listrik. Teknologi persinyalan juga berkembang sehingga tidak hanya digunakan sinyal mekanis tetapi juga sinyal elektris.

3.2. Awal Mula Kereta Api dan Prasarananya serta Perkembangannya di Indonesia

Di Indonesia untuk masa-masa sekarang ini, kereta api menjadi sarana angkutan yang cukup murah. Tapi siapa sangka jika alat transportasi ini pada masanya merupakan simbol kehidupan modern yang dinikmati kalangan elit bangsawan pada akhir abad ke-19.
Kereta api mulai dikenal di wilayah Jawa pada tahun 1863. Pada awal kiprahnya di hindia Belanda kereta api menjadi sarana angkutan untuk mendukung percepatan arus perdagangan hasil industri perkebunan. Tujuan pengangkutan ini adalah untuk kepentingan ekspor sejak era berlakunya tanam paksa. Kereta api pada masa itu dianggap sebagai sebuah jawaban kebutuhan transportasi yang memadai. Karena sarana transportasi darat yang ada, yaitu Jalan Raya Pos (Groote-Postweg) tidak cukup. Jalan yang dibangun pada masa gubernur jenderal Daendels (1808-1811) itu dirasa kurang memadai lagi untuk mendukung kegiatan arus perdagangan.
Jalur kereta api yang pertama dibangun adalah rute Semarang menuju Yogyakarta. Berikutnya dibangun rute kedua yang menghubungkan Batavia (Jakarta) dengan Buitenzorg (Bogor). Rute kedua ini dimulai pembangunannya pada tahun 1871. Pembangunannya dilakukan oleh Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS) atau Netherlands East Indies Railway Company.. Sebuah perusahaan jawatan kereta api Hindia Belanda. Setelah dibangun selama dua tahun, jalur ini akhirnya dibuka pada tanggal 31 Januari 1873. Jalur Batavia-Buitenzorg ini sangat menguntungkan tetapi disisi lain jalur ini terisolasi dengan jalur NIS lainnya. Yaitu jalur yang menghubungkan dengan Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Tahun 1875 pemerintah Hindia Belanda mulai terlibat dalam pembangunan jalan kereta api ini. Alasan kepentingan stategis menjadi dasar pemerintah melakukan hal yang sama dengan yang dilakukan NIS. Kemudian pemerintah membentuk perusahaan kereta Staatsspoor- en Tramwegen in Nederlandsch-Indische. Perusahaan ini kemudian pada tahun 1913 membeli jalur Jakarta-Bogor dari NIS.
Selanjutnya kontruksi pembangunan rel kereta dari Bogor kembali diteruskan. Tahun 1881, bersamaan dengan difungsikannya Stasiun Bogor yang dibangun setahun sebelumnya. Jalur kereta di Bogor diteruskan kearah Cicurug. Kemudian berlanjut hingga mencapai Cilacap Jawa Tengah pada tahun 1888.
Perubahan dunia kereta api kembali terjadi di Bogor. Era baru yang mewarnai kereta api di Bogor itu terjadi pada tahun 1925. Yaitu dengan dibangunnya kereta jalur listrik yang menghubungkan antara Jakarta dengan Bogor. Jalur kereta listrik ini memiliki kapasitas 1500 Volts DC. Pengadaan kereta jalur listrik ini bertepatan dengan ulang tahun SS (Staatsspoorwegen) yang ke lima belas.

II.3. Biografi Penjaga rel kereta tanpa palang pintu
          Wawan, lahir di karawang, jawa barat pada tahun 1959 Saat ini dia berusia 54 tahun, pendidikan terakhirnya SD (Sekolah Dasar). Pekerjaan saat ini adalah sebagai penjaga rel kereta tanpa palang pintu. Wawan bertempat tinggal disebuah kontrakan kecil di daerah jalan warung bambu . wawan mempunyai seorang istri bernama imah (45 thn) dan satu orang anak laki-laki yang bernama fandi (20 thn),  yang saat ini tinggal di kontrakan bersama wawan.
           
            Pada awalnya sebelum menikah wawan bekerja sebagai petani di kampung halamannya yaitu di karawang, karena ingin memperoleh penghasilan dan pengalaman yang lebih dan mencari pengalaman dikota lain, pada tahun Wawan merantau ke Jakarta. Pada awal Wawan datang ke Jakarta, ia bekerja sebagai kuli panggul di pasar Blok A kebayoran baru Jakarta selatan. Tetapi menjadi kuli panggul baginya merupakan pekerjaan yang menguras tenaga dan penghasilan rendah serta tidak cukup untuk kebutuhan hidup. Karena ajakan dari temannya Poniman beralih profesi menjadi kuli bangunan yang penghasilannya lebih tinggi dibanding menjadi kuli panggul.

            wawan menekuni pekerjaan sebagai kuli bangunan selama 3 tahun meskipun berpindah-pindah tempat. Selama tiga tahun itu poniman hanya beberapa kali pulang kampung. Setelah itu baru wawan berganti profesi sebagai penjaga rel kereta tanpa palang pintu di warung bambu, di tempat dia bekerja saat ini.

            Alasan wawan bekerja sebagai penjaga rel kereta tanpa palang pintu yaitu ingin menjadi orang yang berguna untuk masyarakat banyak.

            Kenapa Bp.wawan tidak mencari pekerjaan lain? Bp. wawan terus menjadi penjaga rel kereta tanpa palang pintu karena ingin menjadi orang yang berguna untuk masyarakat dan pada saat ini mencari pekerjaan itu sangat sulit. Alasannya karena pendidikannya rendah dan kurang pengalaman yang dimiliki Wawan Namun ia masih bersyukur walaupun hidup pas-pasan tapi masih bisa menyekolahkan anak-anaknya, dan ia pun berharap kehidupan anaknya nanti tidak seperti dirinya.

            Wawan mulai beraktifitas mulai dari pagi hingga sore kadang-kadang bisa malam,itu juga tergantung pembagian jadwal tugasnya dalam 1 (satu) shift nya ada 2 orang, Bp. Wawan berangkat dari rumah jam 06:30 s/d  17:00. Wawan sukarela dalam melakukan pekerjaanya. Penghasilan perharinya hanya mengandalkan dari pemberian orang-orang yang melintas saja jika banyak yang memberi bp wawan mendapat kan kurang lebih Rp.50.000/hari itu juga belum di bagi dua bersama kawannya yang ikut bersamanya,jika yang memberinya sedikit wawan mendapat kan Rp.20.000/hari).
           
II.4. Wawancara Dengan penjaga rel kereta tanpa palang pintu
          Dibawah ini kutipan dari isi wawancara kami dengan Bapak Wawan :
A.      Nama pekerjaan
- relawan
  1. Jenis pekerjaan yang dilakukan
-  penjaga rel kereta tanpa palang pintu
  1. Alamat lengkap
- kontrakan di jalan warung bambu
        D.   Status dalam keluarga
- Sebagai tulang punggung keluarga
  1. Kondisi  keluarga
- Pak Wawan menafkahi seorang istri dan seorang anaknya. Istrinya tidak bekerja.
  1. Pendidikan terakhir
- Sekolah dasar (SD)
  1. Apa latar belakang memilih pekerjaan tersebut
-   Pak Wawan memilih pekerjaam menjadi penjaga rel kereta tanpa palang pintu, karena jaman sekarang susanh mencari pekerjaan untuk orang se-usianya
  1. Bagaimana proses dalam bekerja mulai persiapan pelaksanaannya
-   Bapak Wawan bekerja mulai pukul 06.30. Karena sudah menjadi bagian aktivitasnya sehari-hari.
  1. Membutuhkan waktu berapa jam dalam bekerja
-   Bapak wawan bekerja dari jam 06.30 sampai jam 17.00 sore. Biasanya bapak Wawan bekerja kira-kira selama 11 jam.
  1. Bagaimana pemodalan, gajinya, pendapatan dan sebagainya.
-   Pertama bapak Wawan mendapat modal dari kerabatnya untuk membeli becak, kemudian ia bekerja. Sedangkan pendapatan perhari nya tidak menentu.
  1. Bagaimana pembagian pendapatan keuangan hasil kerja tersebut untuk kepentingan kebutuhan hidup keluarga sehari-hari.
-   Pendapatan dari hasil kerja oleh bapak Wawan diberikan kepada istrinya 80%. Sisanya buat pegangan bapak Wawan.
  1. Bagaimana perasaan bapak bekerja itu, adakah keinginan untuk beralih provesi dan bagaimana caranya?
-   Menurut bapak Wawan dalam mencari rezeki pasti ada sedih dan senang. Tapi bapak wawan masih bersyukur. Sebenarnya ada keinginan untuk mencari pekerjaan yang lain, namun belum didapatkannya.

  1. Apa yang diharapkan terhadap pekerjaan yang di emban bapak ini
-   Bapak wawan mengharapkan bahwa bekerja menjadi penjaga rel kereta tanpa palang pintu bisa menghadirkan berkah  bagi dirinya dan keluarganya dan juga dapat bermanfaat bagi orang banyak.
  1. Apa yang diinginkan masa depan anak-anaknya dan sebagainya
-   Bapak Wawan menyerahkan semua pada anaknya, karena anaknyalah yang nanti akan menjalaninya, tapi yang jelas, bapak wawan berharap agar anaknya nanti menjadi orang yang sukses.
Apapun cerita di atas, kita tetap semangat. Dan selalu mencari nafkah atas dasar HALAL. dan ingat selalu stop dreaming start action!
II.5. Pro dan Kontra
Keberadaan jalur  kereta api tanpa pintu tentunya sangat membahayakan pengguna jalan, terutama pada saat malam hari. Dengan keberadaan relawan yang ikhlas menjadikan dirinya menjadi seorang relawan penjaga pintu kereta api tentunya sangat disetujui oleh banyak pihak, terutama bagi pengguna jalan tersebut.
Dengan adanya relawan tersebut justru membantu pengguna jalan tersebut dalam melintasi jalur kereta dan juga dapat mengurangi tingkat kecelakaan. Karena apabila jalur kereta tersebut tanpa penjaga secara otomatis  potensi kecelakanpun makin tinggi.

BAB III
PENUTUP

III.1. Kesimpulan

          Dari observasi yang telah kami lakukan, kami dapat menyimpulkan bahwa pejaga palang pintu kereta api manual di warung bambu itu sangat besar jasa dan manfaatnya ,karena hanya menggunakan kejelian mata untuk meliat kerata yang datang sebelum palang pintu di tutup. Karena di sini tidak ada alarm peringatan kereta datang ataupun palang pintu otomatis. Karena disini benar benar dilakukan secara manual.  

            Bagi kita semua khususnya pemerintah harus lebih memperhatikan keberadaaan dan peraturan tentang palang pintu kereta api manual. karena  merupakan alat keselamatan para pengguna jalan yang melewati palang pintu tersebut.,

III.2. Saran

          Saran kami selaku penulis yaitu, mari kita sama semua melihat , membantu, dan peduli akan kesejahtraan para penjaga palang pintu kereta api manual ini. Karena dengan adanya orang-orang ini kita semua sebagai pengguna jalan bisa aman,Nyman,dan selamat melewati perlintasan kereta api.
Bagi pemerintah khususnya PT.KAI kami harapkan kepeduliannya terhadap para penjaga palang pintu manual, seperti salah seorang dari masyarakat yang kami wawancarai ini. Walaupun tanggung jawabnya sangat besar dan perkerjaan yang cukup berat karena harus menjaga keselamatan para penguna jalan. namun beliau tetap berusaha mencari nafkah buat anak dan istri dengan jasa penjaga palang pintu kereta api.

            Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca dan mohon maaf bila ada kekurangan dalam penyusunan makalah ini.          
  





DAFTAR PUSTAKA


Nara sumber : Bp. Wawan
Website


Lampiran/ Galeri foto


Tidak ada komentar:

Posting Komentar