Makalah
KELompok 1
sikap DAN prilaku SOSIAL
CHARACTER
BUILDING
Anggota :
NAMA
|
NIM
|
UNDANG RAHADIAN
|
12122530
|
CUCUN SUKAESIH
|
12122394
|
SITI KURAESIN
|
12122638
|
SEPTI NURHIDAYAH
|
12122729
|
AGUNG NAHDIANSYAH
|
12122283
|
SUGIYARTI
|
12124098
|
NITA OKTAVIA WULANDARI
|
12122692
|
FERDINAN SIMAMORA
|
12122455
|
AANG SAEPULOH
|
12122585
|
JAMAL MUSLIM
|
12122817
|
MANAJEMEN INFORMATIKA
KATA PENGANTAR
Tiada kata
yang pantas kami ucapkan terkecuali syukur Alhamdulillah kehadirat Allah
SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya kepada kami dalam
menyusun dan menyelesaikan makalah ini.
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi persyaratan Mata
Kuliah Character Building. Selain itu, isi makalah dapat dijadikan
pembelajaran dan pedoman dalam kehidupan kita sehari-hari. Tema dari makalah
ini kami mengambil tentang SIKAP dan PRILAKU SOSIAL. Objek yang kami pilih untuk
di wawancara adalah “PENJAGA PERLINTASAN KERETA API TANPA PALANG PINTU “.
Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada pihak yang terlibat
dalam pembuatan makalah. Terutama kepada Bapak Faizal Roni, MH yang
telah memberi motivasi dan pengarahan dalam penyusunan makalah ini. Tak lupa
pula orang tua kami dan teman-teman yang telah memberikan support beserta
do’anya sampai makalah ini terselesaikan.
Kami sangat menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih banyak kekurangan
dan masih jauh dari kata sempurna terutama mengenai masalah dalam penyampaian
bahasa dan struktur isi makalah ini. Untuk itu kritik dan saran yang membangun
sangat kami harapkan dari pembaca. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita
semua. Amin
Karawang, April 2013
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman Judul……...........……………………………………………………..
i
Kata Pengantar……………............…………………………………………….
ii
Daftar Isi…………………………............……………………………………..
iii
Bab I
Pendahuluan
I.1. Latar Belakang
…………………………………………… 1
I.2. Tujuan
……………………………………………………. 1
I.3. Metode Penulisan
……………………………………….... 1
I.4. Sistematika Penulisan ……………………………………….
1
Bab II Pembahasan
II.1. Asal Muasal ………………….......................………………………
2
II.2. Pengertian …………………………………......................………..
3
II.3. Biografi ……………………………………......................................
4
II.4. Wawancara Dengan ……………………….......................................
5
II.5. Peranan Dalam Lingkungan dan Interaksi Sosial …..........................
6
II.6. Pro dan Kontra ……………………………….............……………..
7
Bab III
Penutup
III.1. Kesimpulan ………………………………………….............……..
7
III.2. Saran …………………………………………………….............…
8
Daftar
Pustaka ………………………………………………….............………..
9
Lampiran ………………………………………………………………..............
10
Galeri Foto ……………………………………………………................
11
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar
Belakang
Palang pintu
kereta api merupakan hal kecil yang sangat jarang diperhatikan oleh orang-orang
sekitar padahal palang pintu kereta api sangat bermanfaat untuk menjaga
keselamatan pengguna kendaraan. Dan keberadaan palang pintu ini sebagai sarana
umum tergolong dalam kategori tradisional karna masih menggunakan alat yang
sangat sederhana, karena sumber tenaga dari ini mengandalkan tenaga manusia
berupa tarikan pada tali agar palangnya tertarik kebawah.
Selain itu palang pintu ini juga terkategorikan dalam jenis tradisional
dikarenakan penggunaan dari material-material lokal yang sederhana dalam
pembuatannya hanya menggunakan tali dan bambu sebagai penghalang jalannya
Keuntungan palang pintu kereta api ini disebabkan karena lingkup pelayanannya
yang tidak terbatas semua orang dapat menikmati sarana sosial tersebut, namun
justru sebagian masyarakat cendrung meremehkan hal itu padahal jika dipikirkan
dengan serius palang pintu tersebuat dapat menyelamatkan nyawa kita, coba
bayangkan jika tidak ada palang pintu bagaimana caranya agar kita tahu bahwa
jalan yang kita tuju akan ada kereta lewat bisa jadi nyawa kita yang melayang,
namun keterbatasan pada sarana sosial tersebut sangat memprihatinkan dan
kurangnya perhatian dari lingkungan sekitar maupun pemerintah.
I.2. Tujuan
Dalam penulisan makalah ini, kami selaku penulis berniat untuk menambah pengetahuan serta memberi semangat hidup dan
alangkah baiknya bila kita tidak menyepelekan hal sekecil apapun di lingkungan
sekitar. Seperti para penjaga palang pintu yang kami wawancarai dalam menjalani
pekerjaan dengan hanya bermodal alat yang sederhana dan menggunakan kejeliaan
mata dalam melihat rambu ataupun lampu kereta hidup apa adanya, serba
kekurangan namun tetap mempunyai semangat untuk terus berjuang menghidupi anak
dan istrinya dengan pekerjaan yang halal.
I.3. Metode Penulisan
Setelah kami menentukan tema Sikap dan prilaku Sosial, kami mencari nara sumber
yang akan kami wawancara dan observasi langsung ke lapangan untuk memeperoleh
data serta referensi dari internet untuk melengkapi data.
I.4. Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan makalah ini kami menguraikan sistematika penulisan yang
sesuai dengan persyaratan penyusunan makalah yang baik sehingga akan terlihat
rapi dan teratur. Adapun sistematika tersebut sesuai dengan judul serta terbagi
dalam berbagai bab perincian.
BAB II
PEMBAHASAN
II. 1. PENGERTIAN
Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia,
Palang jalan kereta api (Palang Pintu Lintasan Kereta Api) adalah penutup (jalan raya) yg
dilintasi kereta api. Sedangkan Penjaga Palang Jalan Kerta Api adalah Orang
yang bertugas untuk mengatur (membuka dan menutup) Jalur jalan raya yang
dilintasi kereta api.
Sedangkan menurut UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA Nomor
23 Tahun 2007 Tentang Perkeretaapian Bab
I Ketentuan Umum Pasal 1 point 1,2,3 dan point 11 yaitu
1.
Perkeretaapian adalah satu kesatuan sistem yang terdiri
atas prasarana, sarana, dan sumber daya manusia, serta norma, kriteria,
persyaratan, dan prosedur untuk
penyelenggaraan transportasi kereta api.
2.
Kereta api adalah sarana perkeretaapian dengan tenaga
gerak, baik berjalan sendiri maupun dirangkaikan dengan sarana perkeretaapian
lainnya, yang akan ataupun sedang bergerak di jalan rel yang terkait dengan
perjalanan kereta api.
3.
Prasarana perkeretaapian adalahjalur kereta api,
stasiun kereta api, dan fasilitas operasi kereta api agar kereta api dapat
dioperasikan.
4.
Fasilitas penunjang kereta api adalahsegala sesuatu
yang melengkapi penyelenggaraan angkutan kereta api yang dapat memberikan kemudahan, kenyamanan,
dan keselamatan bagi pengguna jasa kereta api (point 11)
II. 2. PERAN PENJAGA PALANG REL KERETA API
Menjadi
penjaga pintu palang rel kereta api, mungkin tidak ada dalam benak kita.
Mungkin kita akan berpikir jika profesi tersebut bukan termasuk profesi yang
luar biasa, Pemikiran tersebut sempat kami pikirkan juga, namun semua sirna
ketika kami melakukan observasi dan Tanya jawab langsung kepada nara sumber di
daerah Jalan Surotokunto, warungbambu, Karawang.
Tujuan
penjaga palang pintu rel kereta api adalah membantu mengatur lalu lintas pada
perlintasan rel kereta api dan memudahkan para pelintas yang melewati
perlintasan rel kereta api, karena pelintas tahu bahwa ada kereta yang akan
melintas atau tidak.dengan begitu dapat mengurangi frekuensi kecelakaan pada
perlintasan kereta.
II. 3. SEJARAH KERETA API, REL KERETA
API DAN PRASARANA
3.1. Asal Usul Kerta Api dan
Prasarana
Kereta
api ditemukan oleh seorang ilmuwan Inggris yang bernama Murdocks. Pada mulanya
kereta api dikenal sebagai kereta kuda yang hanya terdiri dari satu rangkaian
kereta. Kemudian dibuatlah kereta kuda yang menarik lebih dari satu rangkaian
serta berjalan di jalur tertentu yang terbuat dari besi dan dinamakan dengan
trem. Kereta ini digunakan khususnya di daerah-daerah pertambangan.
Awal mula terciptanya jalan rel bisa dikatakan
bermula di Inggris pada tahun 1630, yaitu dengan adanya pengangkutan batu bara.
Hasil penambangan batu bara semula diangkut dengan kereta yang ditarik kuda.
Pada tahun 1804, Richard Trevithick membuat mesin lokomotif yang dirangkaikan
dengan kereta. Kemudian George Stephenson menyempurnakan lokomotif tersebut
untuk mendapatkan lokomotif uap yang lebih efektif, berdaya besar, dan mampu
menarik kereta lebih banyak. Akhirnya di tahun 1815, lokomotif uap temuan
George Stephenson berjalan diatas jalur anta r rel selebar 1,42m. Kemudian dia
menambahkan 1,3 cm pada lebar jalur. Lebar inilah yang menjadi ukuran rel
standar saat ini.
Di
tahun 1888, Frank J. Sprague menyelesaikan jalur kereta api listrik yang
pertama dengan panjang 19 km di Richmond, Virginia. Tetapi, lokomotif
listriknya sendiri baru diperkenalkan pada tahun 1895. Kemudian Rudolf Diesel
memunculkan kereta api bermesin diesel yang lebih bertenaga dan lebih efisien
dibandingkan dengan lokomotif uap. Pada 1925 kereta bermesin diesel yang
pertama berjalan.
Pada
awal abad ke 19 kereta di atas rel mulai ditarik oleh kendaraan yang dijalankan
dengan mesin (lokomotif) uap. Perkembangan sarana dan prasarana kereta api
terus berjalan dari tahun ke tahun, misalnya kereta api super cepat, kereta api
monorail (dengan satu rel), kereta api levitasi magnetik (maglev), kereta api
pengangkut berat. Begitu pula perkembangan dalam teknologi penggeraknya,
misalnya lokomotif diesel, diesel-listrik dan penggerak listrik. Teknologi
persinyalan juga berkembang sehingga tidak hanya digunakan sinyal mekanis
tetapi juga sinyal elektris.
3.2. Awal Mula Kereta Api dan
Prasarananya serta Perkembangannya di Indonesia
Di Indonesia untuk
masa-masa sekarang ini, kereta api menjadi sarana angkutan yang cukup murah.
Tapi siapa sangka jika alat transportasi ini pada masanya merupakan simbol
kehidupan modern yang dinikmati kalangan elit bangsawan pada akhir abad ke-19.
Kereta api mulai
dikenal di wilayah Jawa pada tahun 1863. Pada awal kiprahnya di hindia Belanda
kereta api menjadi sarana angkutan untuk mendukung percepatan arus perdagangan hasil
industri perkebunan. Tujuan pengangkutan ini adalah untuk kepentingan ekspor
sejak era berlakunya tanam paksa. Kereta api pada masa itu dianggap sebagai
sebuah jawaban kebutuhan transportasi yang memadai. Karena sarana transportasi
darat yang ada, yaitu Jalan Raya Pos (Groote-Postweg) tidak cukup. Jalan yang
dibangun pada masa gubernur jenderal Daendels (1808-1811) itu dirasa kurang
memadai lagi untuk mendukung kegiatan arus perdagangan.
Jalur kereta api yang
pertama dibangun adalah rute Semarang menuju Yogyakarta. Berikutnya dibangun
rute kedua yang menghubungkan Batavia (Jakarta) dengan Buitenzorg (Bogor). Rute
kedua ini dimulai pembangunannya pada tahun 1871. Pembangunannya dilakukan oleh
Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS) atau Netherlands East Indies
Railway Company.. Sebuah perusahaan jawatan kereta api Hindia Belanda. Setelah
dibangun selama dua tahun, jalur ini akhirnya dibuka pada tanggal 31 Januari
1873. Jalur Batavia-Buitenzorg ini sangat menguntungkan tetapi disisi lain
jalur ini terisolasi dengan jalur NIS lainnya. Yaitu jalur yang menghubungkan
dengan Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Tahun 1875 pemerintah
Hindia Belanda mulai terlibat dalam pembangunan jalan kereta api ini. Alasan
kepentingan stategis menjadi dasar pemerintah melakukan hal yang sama dengan
yang dilakukan NIS. Kemudian pemerintah membentuk perusahaan kereta
Staatsspoor- en Tramwegen in Nederlandsch-Indische. Perusahaan ini kemudian
pada tahun 1913 membeli jalur Jakarta-Bogor dari NIS.
Selanjutnya kontruksi
pembangunan rel kereta dari Bogor kembali diteruskan. Tahun 1881, bersamaan
dengan difungsikannya Stasiun Bogor yang dibangun setahun sebelumnya. Jalur
kereta di Bogor diteruskan kearah Cicurug. Kemudian berlanjut hingga mencapai
Cilacap Jawa Tengah pada tahun 1888.
Perubahan dunia kereta
api kembali terjadi di Bogor. Era baru yang mewarnai kereta api di Bogor itu
terjadi pada tahun 1925. Yaitu dengan dibangunnya kereta jalur listrik yang
menghubungkan antara Jakarta dengan Bogor. Jalur kereta listrik ini memiliki kapasitas
1500 Volts DC. Pengadaan kereta jalur listrik ini bertepatan dengan ulang tahun
SS (Staatsspoorwegen) yang ke lima belas.
II.3. Biografi Penjaga rel kereta tanpa palang pintu
Wawan, lahir
di karawang, jawa barat pada tahun 1959 Saat ini dia berusia 54 tahun,
pendidikan terakhirnya SD (Sekolah Dasar). Pekerjaan saat ini adalah sebagai penjaga
rel kereta tanpa palang pintu. Wawan bertempat tinggal disebuah kontrakan kecil
di daerah jalan warung bambu . wawan mempunyai seorang istri bernama imah (45
thn) dan satu orang anak laki-laki yang bernama fandi (20 thn), yang saat ini tinggal di kontrakan bersama
wawan.
Pada awalnya sebelum menikah wawan bekerja sebagai petani di kampung halamannya
yaitu di karawang, karena ingin memperoleh penghasilan dan pengalaman yang
lebih dan mencari pengalaman dikota lain, pada tahun Wawan merantau ke Jakarta.
Pada awal Wawan datang ke Jakarta, ia bekerja sebagai kuli panggul di pasar
Blok A kebayoran baru Jakarta selatan. Tetapi menjadi kuli panggul baginya
merupakan pekerjaan yang menguras tenaga dan penghasilan rendah serta tidak
cukup untuk kebutuhan hidup. Karena ajakan dari temannya Poniman beralih
profesi menjadi kuli bangunan yang penghasilannya lebih tinggi dibanding menjadi
kuli panggul.
wawan menekuni pekerjaan sebagai kuli bangunan selama 3 tahun meskipun
berpindah-pindah tempat. Selama tiga tahun itu poniman hanya beberapa kali
pulang kampung. Setelah itu baru wawan berganti profesi sebagai penjaga rel
kereta tanpa palang pintu di warung bambu, di tempat dia bekerja saat ini.
Alasan wawan bekerja sebagai penjaga rel kereta tanpa palang pintu yaitu ingin
menjadi orang yang berguna untuk masyarakat banyak.
Kenapa Bp.wawan tidak mencari pekerjaan lain? Bp. wawan terus menjadi penjaga
rel kereta tanpa palang pintu karena ingin menjadi orang yang berguna untuk
masyarakat dan pada saat ini mencari pekerjaan itu sangat sulit. Alasannya
karena pendidikannya rendah dan kurang pengalaman yang dimiliki Wawan Namun ia
masih bersyukur walaupun hidup pas-pasan tapi masih bisa menyekolahkan
anak-anaknya, dan ia pun berharap kehidupan anaknya nanti tidak seperti
dirinya.
Wawan mulai beraktifitas mulai dari pagi hingga sore kadang-kadang bisa malam,itu
juga tergantung pembagian jadwal tugasnya dalam 1 (satu) shift nya ada 2 orang,
Bp. Wawan berangkat dari rumah jam 06:30 s/d 17:00. Wawan sukarela dalam melakukan
pekerjaanya. Penghasilan perharinya hanya mengandalkan dari pemberian orang-orang
yang melintas saja jika banyak yang memberi bp wawan mendapat kan kurang lebih
Rp.50.000/hari itu juga belum di bagi dua bersama kawannya yang ikut
bersamanya,jika yang memberinya sedikit wawan mendapat kan Rp.20.000/hari).
II.4. Wawancara Dengan penjaga rel
kereta tanpa palang pintu
Dibawah ini
kutipan dari isi wawancara kami dengan Bapak Wawan :
A. Nama
pekerjaan
- relawan
- Jenis pekerjaan yang dilakukan
- penjaga rel kereta tanpa palang pintu
- Alamat lengkap
- kontrakan di jalan warung bambu
D. Status dalam keluarga
- Sebagai tulang punggung keluarga
- Kondisi keluarga
- Pak Wawan menafkahi seorang istri dan seorang
anaknya. Istrinya tidak bekerja.
- Pendidikan terakhir
- Sekolah dasar (SD)
- Apa latar belakang memilih pekerjaan tersebut
- Pak Wawan
memilih pekerjaam menjadi penjaga rel kereta tanpa palang pintu, karena jaman
sekarang susanh mencari pekerjaan untuk orang se-usianya
- Bagaimana proses dalam bekerja mulai persiapan
pelaksanaannya
- Bapak Wawan
bekerja mulai pukul 06.30. Karena sudah menjadi bagian aktivitasnya sehari-hari.
- Membutuhkan waktu berapa jam dalam bekerja
- Bapak
wawan bekerja dari jam 06.30 sampai jam 17.00 sore. Biasanya bapak Wawan
bekerja kira-kira selama 11 jam.
- Bagaimana pemodalan, gajinya, pendapatan dan
sebagainya.
- Pertama
bapak Wawan mendapat modal dari kerabatnya untuk membeli becak, kemudian ia
bekerja. Sedangkan pendapatan perhari nya tidak menentu.
- Bagaimana pembagian pendapatan keuangan hasil
kerja tersebut untuk kepentingan kebutuhan hidup keluarga sehari-hari.
- Pendapatan
dari hasil kerja oleh bapak Wawan diberikan kepada istrinya 80%. Sisanya buat
pegangan bapak Wawan.
- Bagaimana perasaan bapak bekerja itu, adakah
keinginan untuk beralih provesi dan bagaimana caranya?
- Menurut
bapak Wawan dalam mencari rezeki pasti ada sedih dan senang. Tapi bapak wawan
masih bersyukur. Sebenarnya ada keinginan untuk mencari pekerjaan yang lain,
namun belum didapatkannya.
- Apa yang diharapkan terhadap pekerjaan yang di
emban bapak ini
- Bapak wawan
mengharapkan bahwa bekerja menjadi penjaga rel kereta tanpa palang pintu bisa
menghadirkan berkah bagi dirinya dan keluarganya dan juga dapat
bermanfaat bagi orang banyak.
- Apa yang diinginkan masa depan anak-anaknya dan
sebagainya
- Bapak Wawan
menyerahkan semua pada anaknya, karena anaknyalah yang nanti akan menjalaninya,
tapi yang jelas, bapak wawan berharap agar anaknya nanti menjadi orang yang
sukses.
II.5. Pro dan Kontra
Keberadaan jalur kereta api tanpa pintu tentunya sangat
membahayakan pengguna jalan, terutama pada saat malam hari. Dengan keberadaan
relawan yang ikhlas menjadikan dirinya menjadi seorang relawan penjaga pintu
kereta api tentunya sangat disetujui oleh banyak pihak, terutama bagi pengguna
jalan tersebut.
Dengan adanya relawan tersebut
justru membantu pengguna jalan tersebut dalam melintasi jalur kereta dan juga
dapat mengurangi tingkat kecelakaan. Karena apabila jalur kereta tersebut tanpa
penjaga secara otomatis potensi
kecelakanpun makin tinggi.
BAB III
PENUTUP
III.1.
Kesimpulan
Dari
observasi yang telah kami lakukan, kami dapat menyimpulkan bahwa pejaga palang pintu kereta api manual di warung bambu itu sangat besar jasa
dan manfaatnya ,karena hanya
menggunakan kejelian mata untuk meliat kerata yang datang sebelum palang pintu
di tutup. Karena di sini tidak ada alarm peringatan kereta datang ataupun
palang pintu otomatis. Karena disini benar benar dilakukan secara manual.
Bagi kita semua khususnya pemerintah
harus lebih memperhatikan keberadaaan dan peraturan tentang palang pintu kereta api manual. karena merupakan alat keselamatan para pengguna jalan yang melewati palang pintu tersebut.,
III.2. Saran
Saran kami
selaku penulis yaitu, mari kita sama semua
melihat , membantu, dan peduli akan kesejahtraan para penjaga
palang pintu kereta api manual ini. Karena dengan adanya orang-orang ini kita
semua sebagai pengguna jalan bisa
aman,Nyman,dan selamat melewati perlintasan kereta api.
Bagi pemerintah khususnya PT.KAI kami harapkan kepeduliannya terhadap para penjaga palang pintu manual, seperti salah seorang dari masyarakat yang kami wawancarai
ini. Walaupun tanggung jawabnya sangat
besar dan perkerjaan yang cukup berat karena harus menjaga keselamatan para
penguna jalan. namun beliau tetap berusaha mencari nafkah buat anak dan istri dengan jasa
penjaga palang pintu kereta api.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca dan mohon maaf bila ada
kekurangan dalam penyusunan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Nara sumber
: Bp. Wawan
Website
Lampiran/
Galeri foto